Studi PhD di Belanda

berikut adalah pengalaman pribadi sy menjalani studi phd bidang pendidikan di University of Twente, Belanda, dengan beasiswa negara.. note: beda funding (bisa dari beasiswa atau dari gaji sbg peneliti), jurusan, apalagi universitas, ya bisa beda lagi aturan dan pengalamannya yaaa..

Durasi Program PhD: 4 tahun minimal

(phdcomics)

durasi program doktorat dikemas dengan timeline penelitian minimal 4 tahun.. iya minimal itu.. hal ini membuat kelompok penerima beasiswa dikti seangkatan sy di WAG sudah pada punah lulus, karena kebanyakan program di Asia (Jepang, Korea, Taiwan) yg notabene durasinya 3 tahun seperti di Indonesia, selain itu hanya ada 1 di Eropa (Belanda-sy), dan 1 di Australia tapi beliau sudah lulus dalam waktu 3,5 tahun, iya, jadi sy ngga ada temen curhat dan gantian ngintip info kapan beasiswa cair.. hahaha.. maklum, grup itu rame di akhir semester, saat duitnya dah pada habis…

Trayek Program PhD: penelitian + course

:: penelitian :: trayek phd itu fokus pada 1 penelitian yg dipecah menjadi 3-5 sub-studi, nah, tiap sub-studi itu nantinya akan diteliti secara terpisah, kemudian ditulis dalam bentuk artikel yg harus dipublikasi di jurnal dengan rating tertentu.. maklum, kan nama spv masuk juga, jadi paling tidak diharapkan di 5 jurnal dengan indeks tertinggi (bisa berdasarkan scopus atau ISI) contohnya dalam bidang sy di gambar berikut (hasil browsing journal2 terpercaya di journalbrowser kampus)

5 jurnal bidang paud (dan literasi) rank teratas menurut scopus

hasil dari beberapa artikel inilah yg nanti akan dikompilasi dan menjadi disertas sebagai syarat kelulusan..

:: course :: selain meneliti dan menuliskannya, ada juga kewajiban memenuhi course 30kredit.. 30 kredit itu dibagi 2 ranah, ranah pengembangan profesional (rpp1) dan ranah pengembangan pengetahuan (rpp2) ini nih yg pelik, kampus utwente hanya menyediakan course di rpp1 sementara untuk rpp2 untuk phd bidang pendidikan, sy harus mengambil perkuliahan yg diadakan oleh konsorsium jurusan pendidikan Belanda (namanya ICO) yg semuanya tidak diadakan di kota sy, jadi kalau pas lagi ambil course ya harus rela mengeluarkan ongkos transportasi (dll) rela deh rela – yg penting bisa jalan2 juga refreshing kaaan.. yg susah, course yg ditawarkan itu tidak selalu ada, kuliahnya hanya spring & autumn, dan muncul 2thn sekali.. jadi hrs benar2 mengatur waktu sesuai target..

6 hal ttg Program PhD ala anak TK

kegiatan sehari2 saya
  1. jadwal yg fleksibel, dikasih kalender online, bikin timeline sendiri, target sendiri, jam kerja sendiri.. mau siangnya tidur, malamnya kerja juga boleh..
  2. pengawasan supervisor – menyiapkan jadwal, timeline, progress report yg dibuat dilaporkan secara berkala ke spv.. untuk sy, ada jadwal tetap seminggu sekali untuk laporan dan konsultasi, kalau perlu banget, bisa jadi seminggu 3x..
  3. lunch break rutin – setiap jam 12an selalu ada lunch break di kantor, seringnya perayaan keberhasilan, perpanjangan kontrak sebagai dosen, publikasi ilmiah, ulang tahun, apaaaaa aja selalu dirayakan dengan cookies or cakes, kalau engga ya ngupi2 bareng aja..
  4. MENULIS ARTIKEL adalah kegiatan sehari2 – entah revisi artikel 1 sambil menulis metodologi artikel 2, siapin paper buat konferensi, atau mengemas proposal artikel 3, yaa kerjaannya cut & paste sana sini
  5. ngga ada nilai – baik2 aja asal memenuhi semua target revisi dan tugas terpenuhi tepat waktu, baik untuk course maupun deadline revisi artikel jurnal atau konferensi.. yaa kudu baik2 sama reviewers atau sm temen2 satu kelompok waktu course..
  6. break down & cry – bisa karena jenuh, atau sensitif sm jadwal, atau krn merasa ngga bisa memenuhi harapan spv, atau sikap perfeksionis, atau ya ngga nemu2 ide buat nulis itu bikin patah hati, ini kadang gantian, pernah sy pas mo curcol sambil nangis ternyata pas ngantor ada temen yg baru dateng sdh nangis duluan, yaaa sy tunda dulu deh nangisnya wkwkwk…

jadiiiiii, apakah kamu mau ambil PhD jugaaaaa???

13 thoughts on “Studi PhD di Belanda

  1. Tetep sih niat selalu membara untuk ambil PhD. Impian sejak lama soale, ingin menantang diri sendiri pengen tahu sejauh mana kemampuanku…. iku kan ndakik2 rencanaku yo. Trus moco ceritamu di atas, dengkulku langsung lemes😅😅 pokok e tak niati, mbuh kapan pelaksanaanya. Berburu Ilmu kan tak mengenal batas umur *tsahhh mbak, sok iye.

  2. Salut buat kamu tante M! Sebelum ada bayi (yang sekarang udh toddler) aku sempet gencar kontak profesor almamaterku di sini karna memang niat sebelumnya mau coba lanjut, tapi begitu liat phd-“lyfe” temenku aku jadi ga pede sendiri 🤣 trus baca pengalamanmu ini tambah ga pede lagi hahaha, apa kubisa menjalani masa2 deadline paper dll lagi, belom bahasa enggrisku yang makin merosyot 😅

    • waaaah maafkeun.. hahaha.. tantangan untuk menulis asiknya phd niy biar pada semangat lagi… hayuk hbs ini loncat aja.. coba dulu, pasti bisa laaah.. kayak nonton dari ketinggian kemaren deh, dengkul lemes tapi enjoy 😊

  3. Menarik, sih. Menjadi PhD bagiku bukan prioritas, ingin lebih banyak ke praktisi, sebab menengok perjalanan dari senior2 selama ini, rasanya itu yg cocok bagiku. Menjadi PhD itu tidak utk semua orang, tapi sangat bagus bagi yang menemukan panggilan jiwanya ke sana, ya..

    • ya bener tuh, lagian kalau di belanda phd statusnya “kerja”, bukan yg kuliah trus ngerjain thesis gituh, dan pekerjaan sejatinya cocok2an juga emang… ^^

  4. Aku mau ambil PhD. Tapi beasiswa yang kuincer sekarang mengharuskanku tinggal minimal 2 tahun di negara asal. Syarat yang ini belum bisa kupenuhi, jadi rencanaku akan tinggal di Indo dulu 2 tahun sambil siap-siap, hehehehe

  5. Setelah dapet gelar S2, aku kapok sekolah lagi. Huahahaha. Padahal dulu ngemengnya pengen jadi dosen. Sekarang kerja di industri aja lah, jadi budak uang (lho, why so dark? :p)

Leave a comment